Pada malam 31 Ogos 2012, Aku sekali lagi diberi peluang untuk mendeklamasikan sajak Malam Ambang Merdeka peringkat KMK dengan sajak yang bertajuk....Kitalah Tuan. Ada jugak..bait-bait kata yang aku terlangkau dan tersilap...tapi cepat dicover...agar tidak perasan kesilapannya...hehehe...:))
SAjaK-KiTAlaH
TuAn
Kita lari menggendong maruah diri
resah cemas di bumi sendiri.
Lalu berapakah harga kelangsungan nafas
ketika kita tunduk tewas
terkongkong dan tertindas?
Kita lari menggendong maruah diri
resah cemas di bumi sendiri.
Lalu berapakah harga kelangsungan nafas
ketika kita tunduk tewas
terkongkong dan tertindas?
Ratusan tahun kita ketiadaan wajah,
apakah tanda kehandalan pahlawan
sedang bangsa menjadi suruhan?
Ratusan tahun kita kehilangan rupa,
Di tanah sendiri tuannya siapa?
apakah tanda kehandalan pahlawan
sedang bangsa menjadi suruhan?
Ratusan tahun kita kehilangan rupa,
Di tanah sendiri tuannya siapa?
Betapa bosan dalam kehilangan
tiada seri di mata, segala malap,
tiada cahaya di jiwa, segala gelap,
lalu mengeluhrintih bangsa bawahan,
kerana pendatang berdiri,
mempertidak hak dan menuding jari:
tiada seri di mata, segala malap,
tiada cahaya di jiwa, segala gelap,
lalu mengeluhrintih bangsa bawahan,
kerana pendatang berdiri,
mempertidak hak dan menuding jari:
"Kami sebenarnya tuan,
kamu yang lemah adalah suruhan!"
kamu yang lemah adalah suruhan!"
Tetapi segala sementara, segala
sementara,
tidak terbenam inti keberanian
tidak terkikis nadi kepahlawanan:
bangkit Tok Janggut dengan kegagahan,
bangkit Mat Kilau dengan kecekalan,
bangkit Maharaja Lela dengan kehandalan,
bangkit Bahaman dengan keyakinan,
bangkit segala wira, bangkit,
bangkit bangsaku memaknakan pertuanan:
berbadai di jiwa membela ibunda
berapi di mata menuntut merdeka!
tidak terbenam inti keberanian
tidak terkikis nadi kepahlawanan:
bangkit Tok Janggut dengan kegagahan,
bangkit Mat Kilau dengan kecekalan,
bangkit Maharaja Lela dengan kehandalan,
bangkit Bahaman dengan keyakinan,
bangkit segala wira, bangkit,
bangkit bangsaku memaknakan pertuanan:
berbadai di jiwa membela ibunda
berapi di mata menuntut merdeka!
Kini bagaikan permata,
merdeka di genggaman kita
tergenggam juga kebijaksanaan.
kitalah penentu kelangsungan.
merdeka di genggaman kita
tergenggam juga kebijaksanaan.
kitalah penentu kelangsungan.
Pengalaman adalah perisai sejati,
tegap kita dengan mata waspada
santun kita dengan telinga budi,
kita bangunkan tiang yang lima,
dalam rangka hidup bersama
kita ukir hala tuju
dengan agama, budaya dan ilmu.
tegap kita dengan mata waspada
santun kita dengan telinga budi,
kita bangunkan tiang yang lima,
dalam rangka hidup bersama
kita ukir hala tuju
dengan agama, budaya dan ilmu.
Kitalah tuan.
KARYA OLEH: Dato’ Prof. Dr. Hashim Yaacob
0 comments:
Post a Comment